Paragraf Deduktif
Melemahnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia saat ini melemah. Lemahnya tingkat pertumbuhan perekonomian Amerika
Serikat dan Eropa diduga sebagai penyebabnya, karena kinerja ekspor Indonesia
ke negara-negara tersebut terhambat. Begitu pula dengan kinerja ekspor ke negara
China dan India yang juga merupakan negara tujuan ekspor. Kedua negara tersebut
ikut merasakan pertumbuhan ekonomi global yang tidak menentu, sehingga ikut
memberikan imbas kepada Indonesia.
Melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap dollarpun juga menjadi salah satu pemicu melemahnya
pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut Ekonom Senior ADB, Edimon Ginting,
salah satu dampak kenaikan BI rate (suku bunga acuan) akan berpengaruh langsung kepada perlambatan
pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Namun, menurut Edimon, hal tersebut dinilai
wajar karena bertujuan untuk mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan yang
semakin melebar.
Walaupun
pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah, ketenagakerjaan Indonesia mengalami
perubahan yang lebih baik. Tingkat pengangguran Indonesia pada periode ini
semakin menurun. Menurunnya tingkat pengangguran dikarenakan jumlah angkatan
kerja yang juga menurun. Angka pengangguran terbuka turun dari 9,86 % pada 2004
menjadi 5,92 % pada Maret 2013. Sehingga, angka kemiskinan pun turun dari 16,66
% pada 2004 menjadi 11,37 % pada Maret 2013.
Sumber
:
http://macroeconomicdashboard.com/index.php/id/ekonomi-makro/103-perkembangan-ekonomi-terkini-2013-i
Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang
diumumkan oleh BPS menguat 150 poin menjadi Rp11.345 per dollar AS dalam
transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa sore. Namun keesokkan harinya, yakni
pada Rabu (2/10) sore, melemah 35 poin menjadi Rp 11.380 per dollar AS. Menurut
kurs tengah BI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan bergerak di kisaran
Rp11.389 – Rp11.525. Laju nilai tukar rupiah terhadap dollar diperkirakan akan
terus berfluktuasi akibat penghentian aktivitas ekonomi di AS.
Saat ini, cadangan devisa Indonesia per
Agustus 2013 tercatat sekitar 93 miliar dollar AS. BI meyakini jumlah tersebut
cukup untuk menghadapi tekanan pada neraca pembayaran. Sedangkan kebutuhan terhadap
dollar AS semakin meningkat. Kebutuhan terhadap dollar AS meningkat karena adanya
pembayaran barang2 impor. Adanya
spekulasi yang beredar mengenai akan banyak perushaan yang membeli dollar
untuk pembayaran utang yang jatuh tempo pada akhir bulan juga membuat kebutuhan
terhadap dollar meningkat. Sehingga perlu adanya persiapan cadangan-cadangan
lain dalam menghadapi tekanan rupiah yang semakin besar, yang menyebabkan
cadangan devisa menurun.
BSA (bilateral
swap agreement) adalah suatu fasilitas untuk membantu keuangan jangka
pendek dalam bentuk penukaran mata uang asing (foreign exchange swap) untuk memperkuat cadangan devisa suatu Negara
yang mengalami kesulitan pada neraca pembayaran jangka pendek. Indonesia baru
menandatangani BSA dengan Jepang senilai 12 miliar dollar AS. Tersiar kabar
bahwa Indonesia akan menandatangani BSA dengan Cina sebesar 15 miliar dollar
AS. Menurut Kepala ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Anton Gunawan, BSA dibutuhkan
sebagai pertahanan lapis kedua ketika cadangan devisa diproyeksi masih akan
tertekan. Anton berpendapat juga bahwa BSA pada dasarnya adalah fasilitas yang
bisa diperoleh Indonesia dalam keadaan darurat.
Sumber
:
No comments:
Post a Comment