Sunday, October 6, 2013

Artikel Perekonomian Indonesia


Paragraf Deduktif
 
Melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini melemah. Lemahnya tingkat pertumbuhan perekonomian Amerika Serikat dan Eropa diduga sebagai penyebabnya, karena kinerja ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut terhambat. Begitu pula dengan kinerja ekspor ke negara China dan India yang juga merupakan negara tujuan ekspor. Kedua negara tersebut ikut merasakan pertumbuhan ekonomi global yang tidak menentu, sehingga ikut memberikan imbas kepada Indonesia.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollarpun juga menjadi salah satu pemicu melemahnya pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut Ekonom Senior ADB, Edimon Ginting, salah satu dampak kenaikan BI rate (suku bunga acuan) akan berpengaruh langsung kepada perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Namun, menurut Edimon, hal tersebut dinilai wajar karena bertujuan untuk mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan yang semakin melebar.
Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah, ketenagakerjaan Indonesia mengalami perubahan yang lebih baik. Tingkat pengangguran Indonesia pada periode ini semakin menurun. Menurunnya tingkat pengangguran dikarenakan jumlah angkatan kerja yang juga menurun. Angka pengangguran terbuka turun dari 9,86 % pada 2004 menjadi 5,92 % pada Maret 2013. Sehingga, angka kemiskinan pun turun dari 16,66 % pada 2004 menjadi 11,37 % pada Maret 2013.

Sumber :






 Paragraf Induktif

Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang diumumkan oleh BPS menguat 150 poin menjadi Rp11.345 per dollar AS dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa sore. Namun keesokkan harinya, yakni pada Rabu (2/10) sore, melemah 35 poin menjadi Rp 11.380 per dollar AS. Menurut kurs tengah BI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan bergerak di kisaran Rp11.389 – Rp11.525. Laju nilai tukar rupiah terhadap dollar diperkirakan akan terus berfluktuasi akibat penghentian aktivitas ekonomi di AS.
Saat ini, cadangan devisa Indonesia per Agustus 2013 tercatat sekitar 93 miliar dollar AS. BI meyakini jumlah tersebut cukup untuk menghadapi tekanan pada neraca pembayaran. Sedangkan kebutuhan terhadap dollar AS semakin meningkat. Kebutuhan terhadap dollar AS meningkat karena adanya pembayaran barang2 impor. Adanya  spekulasi yang beredar mengenai akan banyak perushaan yang membeli dollar untuk pembayaran utang yang jatuh tempo pada akhir bulan juga membuat kebutuhan terhadap dollar meningkat. Sehingga perlu adanya persiapan cadangan-cadangan lain dalam menghadapi tekanan rupiah yang semakin besar, yang menyebabkan cadangan devisa menurun.
BSA (bilateral swap agreement) adalah suatu fasilitas untuk membantu keuangan jangka pendek dalam bentuk penukaran mata uang asing (foreign exchange swap) untuk memperkuat cadangan devisa suatu Negara yang mengalami kesulitan pada neraca pembayaran jangka pendek. Indonesia baru menandatangani BSA dengan Jepang senilai 12 miliar dollar AS.  Tersiar kabar bahwa Indonesia akan menandatangani BSA dengan Cina sebesar 15 miliar dollar AS. Menurut Kepala ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Anton Gunawan, BSA dibutuhkan sebagai pertahanan lapis kedua ketika cadangan devisa diproyeksi masih akan tertekan. Anton berpendapat juga bahwa BSA pada dasarnya adalah fasilitas yang bisa diperoleh Indonesia dalam keadaan darurat.
Sumber :